Dalam dunia kedokteran gigi, perhatian mengenai plak gigi adalah tidak tanpa alasan. Plak gigi harus dilihat sebagai penyebab langsung dari karies (gigi berlubang) dan radang jaringan penyangga gigi (Van der Hoeven, J.S, 1978).
Streptococcus alpha merupakan bakteri yang dominan pada awal pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Streptococcus alpha disebut juga Streptococcus viridans karena membentuk warna kehijau-hijauan di sekitar koloninya. Bakteri ini tidak berperan langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob yang sangat berperan dalam penyakit periodontal. Namun demikian, Streptococcus juga menghasilkan enzim histolitik dan substansi toksik yang dapat menghancurkan jaringan (Michalek dan Mc Ghee, 1982). Anggota-anggota Streptococcus alpha antara lain : Streptococcus pneumoniae, Streptococcus viridans, Streptococcus salivarius, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, Streptococcus mutans dan lain-lain(Jawetz, dkk, 1986).
Pada permukaan gigi yang sudah dibersihkan segera akan tumbuh lapisan tipis yang menutupi permukaan email. Lapisan ini tumbuh karena adsorbsi zat putih telur dan glikoprotein (ikatan putih telur dengan karbohidrat) dari ludah. Ludah mengandung glikoprotein yang mempunyai kecenderungan kuat untuk mengikat bakteri tertentu. Ikatannya adalah begitu kuat, sehingga beberapa bakteri terikat menjadi satu dan timbullah penggumpalan atau aglutinasi. Ada aglutinin untuk Streptococcus mutans, Streptococcus mitis dan Streptococcus sanguis. Apabila aglutinin tersebut sudah adsorbsi pada permukaan gigi, maka bakterinya dapat juga melekat pada permukaan gigi (Van der Hoeven, J.S, 1978). Streptococcus mitis, Streptococcus salivarius, Streptococcus sanguis mempunyai peranan terhadap peradangan gingiva dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz, dkk, 1986). Streptococcus tersebut dapat menarik kolonisasi bakteri gram negatif dan memproduksi asam yang dapat merusak sel (Newman dkk.,1996).
Hasil penelitian drg Juni, dkk pada tahun 2005 menunjukkan bahwa pasta gigi enzim mempunyai daya anti bakteri terhadap Streptococcus Alpha mulai konsentrasi 5%. Hasil ini dapat diartikan apabila menggunakan pasta gigi enzim yang telah bercampur dengan saliva sehingga terjadi pengenceran pastanya, maka pasta gigi enzim tersebut masih dapat berfungsi sebagai antibakteri Streptococcus Alpha.
Daya antibakteri pasta gigi enzim terhadap Streptococcus alpha kemungkinan karena adanya kandungan enzim laktoperoksidase dan adanya kombinasi enzim tersebut dengan hidrogen peroksidase dan adanya ko-faktor thiosianat. Enzim laktoperoksidase dan thiosianat merupakan komponen di dalam saliva, sedangkan hidrogen peroksidase berasal dari metabolisme bakteri dalam rongga mulut. Kadar produksi peroksidase dari bakteri sangat rendah untuk mengaktivasi sistem daya antibakteri saliva. Konsentrasi optimum hidrogen peroksidase yang mampu berfungsi sebagai daya antibakteri dalam saliva adalah konsentrasi 0,0001 % sehingga untuk mencapai konsentrasi tersebut perlu ditambah enzim amyloglukosidase dan glukose oksidase dalam pasta gigi (Midda dan Cooksey, 1986).
Prinsip kerja pasta gigi enzim adalah mengembalikan fungsi sistem alamiah peroksidase. Tiosianat sudah tersedia di dalam saliva, maka sistem enzimatik dalam pasta gigi enzim berfungsi untuk membentuk hidrogen peroksida yang cukup untuk bereaksi dengan tiosianat agar terbentuk hipotiosianat. Enzim yang digunakan adalah amilogluco-oxidase (AMG) dan gluco-oxidase (GO). Adapun proses pembentukan hidrogen peroksidasenya adalah sebagai berikut : enzim amiloglukosidase memfermentasi sisa saripati (makanan) diubah menjadi glukosa. Glukosa ditambah dengan O2 yang ada di mulut diubah menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. Reaksi kedua ini menggunakan enzim gluco-oksidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan tiosianat yang sudah ada di dalam ludah dan menghasilkan hipotiosianat dan air. Hipotiosianat inilah yang berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatis). Amilogluco-oksidase dan gluco-oksidase dalam sistem enzimatik berfungsi membangkitkan pembentukan hidrogen peroksida yang diperlukan agar sistem laktoperoksidase dapat bekerja optimal (Agung, 2003).