Sariawan atau aphtae adalah luka dengan pinggiran berwarna merah dan tertutup materi yang berwarna abu-abu. Pada umumnya sariawan berdiameter 3-4 mm, tetapi adakalanya bervariasi dari 1-5,5 mm. Sariawan mengakibatkan rasa sakit dan perih terutama saat luka tersentuh oleh benda atau bagian mulut yang lain. Jika parah, maka penderita cenderung menginginkan mengkonsumsi makanan lunak atau cair saja. Pada sebagian orang ada yang mengidap sariawan kambuhan, dimana hampir setiap bulan timbul sariawan di mulutnya. Tentu hal ini akan dirasakan sangat mengganggu.
Etiologi dari sariawan tidak jelas. Namun dari penelitian Lehner pada tahun 1972 dapat diketahui hal-hal sebagai berikut :
- Secara histologis, gambarannya adalah sama dengan reaksi imun dari sel. Serum IgA dan IgG bertambah.
- Timbul reaksi auto imun dari selaput mulut. Reaksi imunologis juga ditemukan pada 90% penderita, yang disebabkan oleh Streptococcus Sanguis.
Atas dasar hasil pengamatan tersebut, oleh Lehner dikatakan bahwa sariawan (apthae) disebabkan oleh reaksi auto imun yang timbul karena adanya reaksi dari epitel selaput lendir atau cross reaction dari alergen yang microbial. Karena adanya trauma maka akan timbul luka sariawan. Mikro organisme yang mungkin terlibat adalah Streptococcus Sanguis.
Bakteri Streptococcus Sanguis adalah salah satu bakteri di dalam kelompok Streptococcus Alpha. Penelitian Juni Handajani,dkk tahun 2005 menunjukkan bahwa pasta gigi enzim mempunyai daya anti bakteri terhadap Streptococcus Alpha mulai konsentrasi 5%. Hasil ini dapat diartikan apabila menggunakan pasta gigi enzim yang telah bercampur dengan air ludah sehingga terjadi pengenceran pastanya, maka pasta gigi enzim tersebut masih dapat berfungsi sebagai anti bakteri terhadap kelompok Streptococcus Alpha.
Prinsip kerja pasta gigi enzim adalah mengembalikan fungsi sistem alamiah peroksidase yang ada di dalam air ludah. Tiosianat sudah tersedia dalam air ludah, maka sistem enzimatik dalam pasta gigi enzim berfungsi untuk membentuk hidrogen peroksida yang cukup untuk bereaksi dengan tiosianat agar terbentuk hipotiosianat. Hipotiosianat inilah yang berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatis).
Hasil uji korelasi Kendall dalam penelitian Juni H, dkk menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada hubungan antara kondisi mukosa pasien, indeks plak gigi maupun kadar SigA. Hal ini memperkuat dugaan bahwa penggunaan pasta gigi enzim bekerja dengan cara memperbaiki kualitas air ludah dan bukan secara langsung menyembuhkan mukosa mulut yang terinfeksi. Kualitas air ludah yang sehat akan mengembalikan fungsi pertahanan alami sebagai pengontrol pertumbuhan bakteri di rongga mulut.
Rutin menyikat gigi menggunakan pasta gigi enzim dapat menyembuhkan sariawan dan mencegah terjadinya kekambuhan. Cobalah!